Thursday 28 March 2013

Jangan Ia Datang Lagi

Sementara menanti minda ini bangkit untuk menukilkan sajak-sajak terbaru, izinkan aku menyiarkan kembali koleksi sajak peribadiku di Aku dan Sajak untuk segmen Ulang Terbit, pada setiap hari Khamis.




Jangan Ia Datang Lagi

Aku bangkit lagi
seperti pagi-pagi lain
capai tuala, terus ke telaga
bersihkan diri
untuk menghadap Yang Esa.

Aku bangun lagi
seperti hari-hari lalu
tersemat semangat nan satu
pimpin kurang tujuh, seratus
pucuk-pucuk harapan
di daerah padang jarak padang tekukur ini.

Diri aku bersama naiknya mentari
tancapkan tiang-tiang ilmu
suburkan kehidupan baru
kuburkan kesedihan yang maha itu.

Hari-hari ku dodoi mereka
makin lama kian mendalam laguku:
redha saja yang sudah pergi,
kita di sini teruslah bernafas,
moga cantik langkah kita ke sana.

Biar papa kedana
walau sebatang kara
mereka anak-anak yang bijak.

Bacalah… mereka semua baca
tulislah… mereka semua tulis
hitunglah… mereka semua hitung
nyanyilah… mereka semua nyanyi.

Kemudiannya ku sedar
seorang anak diam membatu
tidak membaca
tidak menulis
tidak menghitung
tidak menyanyi.

Perlahan-lahan ku rapati
air matanya deras menuruni pipi
ku soal lembut…
anak itu terus dakapku
tangisnya kian ketara.

Tutur anak itu:
Hari inilah tanggalnya
bisa ia tak muncul lagi?
ku rindu umi dan ayah
tak mau hilang cikgu pula.

Ku tenangkan anak itu
pujuknya baca, tulis, hitung dan nyanyi
sambil mohon pada-Mu
jangan ia hadir lagi.

Hasmi Haron
Kuala Lumpur, MALAYSIA
Disember 2005

Sunday 24 March 2013

OFFICIAL MUSIC VIDEO: Berani

Take a look at this video on YouTube:

http://youtu.be/hE9z0GpPf8g

What a good and brave attempt by two influential Malaysian musicians, Yasin and Faizal Tahir. Bak kata pepatah, berani kerana benar.

Sent from my iPhone

《 Pendidikan Pengundi - Voter's Education 》EP03 - Wong Fat Hong《 黄肥鸿 》

Take a look at this video on YouTube:

http://youtu.be/YiDSdNRa-eQ


Sent from my iPhone

Thursday 21 March 2013

Ulang Terbit: Infiltrasi

Sementara menanti minda ini bangkit untuk menukilkan sajak-sajak terbaru, izinkan aku menyiarkan kembali koleksi sajak peribadiku di Aku dan Sajak untuk segmen Ulang Terbit, pada setiap hari Khamis.



Infiltrasi

Andai itu yang kau mahu
sapulah
kalau tak seangin, sesukunya.

Andai itu yang kau ingin
ambillah
kalau tak sesuku, separuhnya.

Andai itu yang kau idam
rampaslah
kalau tak separuh, seluruhnya.

Ku pinta pada awan
nyamankan duniaku
ku pinta pada mentari
sinarkan alamku
ku pinta pada rembulan
kembalikan mimpiku.

Betul-betul penat
benar-benar letih
menongkah dugaan-Mu
satu lagi ku pinta
anugerahkan izzat padanya
kurniakan nikmat padanya
dan diamkan aku dengan angin tenang
santak dia renti.

Hasmi Haron
Kuala Lumpur, MALAYSIA
Oktober 2005

Thursday 14 March 2013

Ulang Terbit: Merdeka II

Sementara menanti minda ini bangkit untuk menukilkan sajak-sajak terbaru, izinkan aku menyiarkan kembali koleksi sajak peribadiku di Aku dan Sajak untuk segmen Ulang Terbit, pada setiap hari Khamis.

Suasana Kampung [taken from Zurina Majid's blog



Merdeka II

Satu hari dia pulang ke desa
yang tiga darsawarsa ditinggalkan
jengah kenangan lalu
kutip saki baki girang silam
di tempat jatuh bermain.

Pohon jambu itu masih tegak tertancap
cuma rumah kecilnya yang ghaib
tempat curi-curi buka puasa
dan cuba-cuba makan asap.

Sawah bendang masih terbentang luas
tapi tiada lagi kanak-kanak mengejar traktor
menyeluk sepat, betuk di celahan lumpur
tiada lagi orang-orang jaga padi menguning
bersama riuh tin-tin kosong bergoncangan
tiada lawan bola dengan kampung seberang
bila sawah merekah kontang
tinggal menerung lumba tunjuk langit.

Benteng pun sama keruhnya
macam ditinggalkan dulu
cuma lintah tiada berpesta
kemaruk darah anak-anak alpa berendam
tiada lagi Cik Siah datang berlenggangan
bunga raya merah besar atas kepala
cari suami yang tak pernah dinikahi
dan dia yang paling laju lari
sambil pimpin ejekan yang seirama
"Siah gila, Siah otak tak center!"

Ibunya pernah kata
desa ini lama sudah hilang nyawa
sejak dia dan kawan-kawan
lari bina hidup di kota.

Ayahnya ada cakap
kampung ini lumpuh mati
sejak dia dan teman-teman
jijik bawa pulang anak bini
ke tanah gersang ini.

Suatu hari dia pulang ke desa
tanpa janda dan anak-anaknya
mencari ibu dan ayah
mencari suka duka lalu
mencari harga diri sebenar
sesudah muak dengan merdeka palsu
yang tiga darsawarsa dikejarnya.


Hasmi Haron
Kuala Lumpur, MALAYSIA
Ogos 2005

Monday 11 March 2013

Three years and many anxious moments later...


Three years and many anxious moments later...

CYBERSPACE is abuzz with Bunohan. It has been a while since netizens were really interested in a movie. Helmed by Dain Said, it features some of the best local actors - Faizal Hussein, Wan Hanafi Su, Namron, Zahril Adzim, Bront Palarae and Pekin Ibrahim.
There is another movie that had been eagerly awaited -- Hanyut, based on Joseph Conrad's Almayer's Folly. U-Wei Haji Shaari took the challenge of adapting to screen one of Conrad's most difficult Malayan novels.

U-Wei, who made his mark with Perempuan, Isteri Dan... in 1993, is currently one of the finest and most audacious directors in the country. He made Kaki Bakar, Joghro and Buai Laju-Laju.

U-Wei learned a lot from the making of Perempuan, Isteri Dan..., one of which is creative control. The film was budgeted for RM1.2 million, but he was forced to work with a lot less. It was the time when even RM500,000 was considered too expensive for a Malay film.

Even today, he believes the film would have had a different look and nuance had he been given enough money. Nevertheless, the film made waves -- it won a commercial and critical acclaim.

He made Kaki Bakar in 1995 with renowned stage actor Khalid Salleh, who was discovered by the late Krishen Jit in the early 1980s. In 1998, he made Joghro based on Juara, a novel by S. Othman Kelantan who later became our Sasterawan Negara (National Laureate). Hanyut is his biggest gamble -- at RM18 million, it is one of Malaysia's most expensive films ever. The budget for the Art Department alone was six times the total amount spent on Perempuan, Isteri Dan....

He fought hard to raise money and he prevailed. He was given a grant of RM5 million from the Science, Technology and Innovation Ministry  and a loan of RM10 million from a bank.

He learned something else from the bank. They were using templates from the construction business in dealing with him. They wanted to know whether the film had been pre-sold, just as the number of houses or apartments booked would determine the viability of a development project.

It took him more than a year to convince the bank to part with their money.

The 51-day shoot went well despite hundreds of cast and crew involved. The post-production was delayed as he needed more funds. In all, it took U-Wei three years to finish the film and much anxiety. He is philosophical about it.

"Many legendary filmmakers took longer to do their masterpieces," he told me. "For me, the journey is just beginning."

Why take the trouble to make an expensive movie when horror and gangster movies are raking in tonnes of money? Or when a love story is making more than the cost of producing Hanyut?

U-Wei has no problems with "other films" but he wants to make movies that outsiders would say, "Ah, this is a movie to watch" and locals would be happy to say, "Ah, this is the kind of movie that ought to be made."
He believes it is important for Bunohan to succeed or else serious films would not have a place in the country. If it fails commercially, Hanyut would have a problem, so too the soon-to-be-released Hari-Hari Terakhir Seorang Seniman based on Anwar Rithwan's novel of the same name, helmed by Sabri Yunus, last year's Anugerah Skrin winner of the best director award.
He acknowledges there is a big market for Malay movies now, thus the reason why 50 were made last year. For the industry to survive, we have to provide "different menus". Learn the lessons of Indonesian and Hindi films during their heydays, he reminds young filmmakers.

He wants Hanyut to be perfect. His director of photography was Arkadiusz Tomiak, a Pole. The rest of the crew came from the United Kingdom, the United States, Australia and Japan, not to mention Malaysia.

His leading actor is Peter O'Brien, an Australian, while Diana Danielle, Sofia Jane, Sabri Yunus and Ady Putra are notable local and Singapore stars. He brought in a "scenic  artist" from Australia who specialises in "aging" the props. The film was shot entirely with Panavision cameras, for the first time in Malaysia. The musical score would have been done by Ryuichi Sakamoto of The Last Emperor fame had the composer not withdrawn after the tsunami affected him last year.

Hanyut will soon be playing at a cinema near you. Movie enthusiasts are holding their collective breaths to see if Conrad's folly will be U-Wei's. Or if it will make movie history in the country.

If Hanyut is successful, movie-making will never be the same again.
U-Wei Haji Shaari
U-Wei Haji Shaari made his mark with ‘Perempuan, Isteri Dan…’ in 1993 and is today one of the finest and most audacious directors in the country.

NOTE: The article was first published on the News Strait Times. The film is scheduled for its world premier at the Southeast Asian Film Festival 2013 on 22 March 2013.

Thursday 7 March 2013

Ulang Terbit: Duda dan Janda

Sementara menanti minda ini bangkit untuk menukilkan sajak-sajak terbaru, izinkan aku menyiarkan kembali koleksi sajak peribadiku di Aku dan Sajak untuk segmen Ulang Terbit, pada setiap hari Khamis.



Duda dan Janda

Kasihan aku perempuan itu 
lakinya lari dari rumah 
leburkan sedarsawarsa kasih sayang 
lenyapkan impian bahagia 
tinggalkan geram, sedih dan derita. 

Kasihan aku lelaki itu 
terpaksa tinggalkan dua anaknya 
dengan perempuan, isteri dan ... 
bersama dendam dan cinta yang berbaur-baur. 

Jantan dayus, kata perempuan itu 
Isteri celaka, tutur lelaki itu. 

Kasihan aku perempuan dan lelaki itu 
yang ditemukan untuk dipisahkan 
yang dipadankan untuk bermusuhan 
betul kata Tuhan: 
lelaki-lelaki baik adalah untuk perempuan-perempuan baik 
perempuan-perempuan baik adalah untuk lelaki-lelaki baik. 

  
Hasmi Haron 
Kuala Lumpur, MALAYSIA 
27 Julai 2004 
9:33